Bagi para insinyur sipil dan manajer proyek, memastikan integritas struktur beton yang sudah berdiri tanpa harus melakukan pembongkaran adalah sebuah tantangan krusial. Bagaimana cara Anda memverifikasi kekuatan pilar jembatan, mengevaluasi kualitas dinding terowongan, atau memeriksa kondisi fondasi di lokasi tambang yang sulit dijangkau tanpa merusak elemen struktur itu sendiri? Inilah saatnya Uji Beton Non-Destruktif atau Non-Destructive Testing (NDT) menjadi solusi modern yang efisien.
Artikel ini bukan sekadar tinjauan teoretis. Ini adalah panduan lapangan definitif yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara standar teknis dan aplikasi dunia nyata. Kami akan memberikan alur kerja yang dapat ditindaklanjuti, saran pemecahan masalah dari para ahli, dan kerangka kerja yang jelas untuk membantu Anda memilih peralatan yang tepat dan memercayai hasil pengujian Anda. Bersiaplah untuk menguasai metode uji beton NDT, mulai dari memahami prinsip dasarnya, mendalami cara kerja alat-alat utama seperti Schmidt Hammer dan Ultrasonic Tester, hingga memastikan akurasi data di kondisi lapangan yang paling menantang sekalipun.
- Mengapa Uji Beton Non-Destruktif (NDT) Penting?
- Metode Uji Beton NDT Paling Umum: Cara Kerja & Aplikasi
- Memilih Alat Uji Beton yang Tepat: Schmidt Hammer vs UPV
- Tantangan di Lapangan & Cara Memastikan Akurasi Hasil NDT
- Kesimpulan: Menguasai NDT untuk Jaminan Mutu yang Unggul
- References
Mengapa Uji Beton Non-Destruktif (NDT) Penting?
Dalam industri konstruksi modern, NDT bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan strategis. Metode ini menjadi tulang punggung dalam program jaminan mutu (quality assurance), evaluasi struktur, dan manajemen aset jangka panjang. Pentingnya NDT dalam memastikan keamanan dan keandalan infrastruktur publik juga diakui oleh lembaga pemerintah di seluruh dunia, yang mendorong pengembangan program evaluasi seperti yang diuraikan dalam FHWA Nondestructive Evaluation Program.
Sebuah tinjauan akademis dari Purdue University menyoroti bahwa NDT memainkan peran vital dalam penilaian struktur beton bertulang, memberikan informasi kritis tentang integritas struktural tanpa menyebabkan kerusakan material[1]. Namun, penelitian yang sama juga mengakui adanya tantangan dalam interpretasi data, yang menegaskan perlunya panduan praktis seperti ini. Lembaga standar terkemuka seperti American Concrete Institute (ACI) terus mengembangkan dan menyempurnakan pedoman untuk metode-metode ini, menjadikannya landasan teknis yang kuat bagi para praktisi di lapangan.
Apa Itu Uji Beton Non-Destruktif?
Secara sederhana, Uji Beton Non-Destruktif (NDT) adalah sekumpulan metode analisis untuk mengevaluasi sifat material, kualitas, dan integritas beton tanpa merusak atau mengganggu fungsi struktur tersebut di masa depan. Analogi yang paling mudah adalah seperti seorang dokter yang menggunakan Sinar-X atau MRI untuk memeriksa kondisi tulang pasien tanpa perlu melakukan operasi.
Menurut laporan dari American Concrete Institute (ACI), metode-metode ini mencakup berbagai teknik seperti pengukuran rebound number (Schmidt Hammer), resistansi penetrasi, pullout, pull-off, kecepatan denyut ultrasonik (UPV), dan metode kematangan beton[2]. Setiap metode memberikan informasi spesifik yang, jika digunakan dengan benar, dapat memberikan gambaran komprehensif tentang kondisi beton di lapangan.
Keunggulan NDT Dibandingkan Uji Destruktif (Core Drills)
Meskipun uji destruktif seperti pengambilan sampel inti (core drill) tetap menjadi “standar emas” untuk kalibrasi dan verifikasi akhir, NDT menawarkan sejumlah keunggulan signifikan untuk evaluasi rutin dan skala besar.
- Efisiensi Biaya dan Waktu: NDT jauh lebih cepat dilakukan dan memerlukan lebih sedikit tenaga kerja dibandingkan proses pengeboran inti, pengujian laboratorium, dan perbaikan struktur yang memakan waktu.
- Tidak Merusak Struktur: Ini adalah keunggulan utamanya. NDT memungkinkan pengujian pada struktur yang sedang digunakan atau bangunan bersejarah tanpa meninggalkan kerusakan yang perlu diperbaiki.
- Cakupan Area yang Luas: Dalam waktu singkat, NDT dapat digunakan untuk memetakan keseragaman mutu beton di area yang sangat luas, seperti lantai pabrik atau dinding bendungan, sesuatu yang tidak praktis dilakukan dengan core drill.
- Peningkatan Keamanan: Metode NDT mengurangi risiko yang terkait dengan pekerjaan pengeboran, seperti paparan debu silika dan potensi kerusakan pada tulangan baja di dalam beton.
- Data Kualitatif dan Kuantitatif: Selain memberikan perkiraan kekuatan, beberapa metode NDT (seperti UPV) dapat mendeteksi cacat internal seperti rongga, retakan, atau delaminasi yang tidak terlihat di permukaan.
Penting untuk diingat bahwa NDT dan uji destruktif bukanlah musuh, melainkan mitra. NDT sangat ideal untuk penilaian skala besar dan identifikasi area yang meragukan, sementara core drill digunakan untuk mengkalibrasi hasil NDT dan memberikan data kekuatan absolut pada titik-titik kritis.
Metode Uji Beton NDT Paling Umum: Cara Kerja & Aplikasi
Untuk memahami NDT secara praktis, penting untuk mendalami dua alat yang paling sering digunakan di lapangan: Schmidt Hammer dan Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Tester. Masing-masing alat bekerja dengan prinsip yang berbeda dan memberikan jenis informasi yang unik. Untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai metode yang ada, IAEA Guidebook on NDT of Concrete menyediakan sumber daya yang komprehensif.
Schmidt Hammer (Rebound Hammer Test)
Schmidt Hammer, atau sering disebut Rebound Hammer, adalah alat NDT yang paling dikenal dan banyak digunakan untuk memperkirakan keseragaman dan kekuatan tekan beton berdasarkan kekerasan permukaannya. Prosedurnya diatur dalam standar industri seperti ASTM C805.
Prinsip Kerja dan Prosedur Sesuai Standar
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip sederhana: sebuah massa berpegas di dalam alat dilepaskan untuk menumbuk permukaan beton. Sebagian energi tumbukan diserap oleh beton, dan sisanya menyebabkan massa tersebut memantul kembali. Jarak pantulan ini, yang disebut “angka pantul” (rebound number), ditampilkan pada skala di alat. Angka pantul yang lebih tinggi umumnya menunjukkan beton yang lebih keras dan lebih kuat.
Prosedur pengujian yang benar sesuai standar ASTM C805 meliputi:
- Persiapan Permukaan: Area pengujian harus bersih, kering, dan halus. Hilangkan plesteran, cat, atau permukaan yang terkarbonasi dengan batu gerinda.
- Pembuatan Grid: Tandai grid pengujian pada area yang akan diuji.
- Pengambilan Bacaan: Lakukan setidaknya 10-12 kali pembacaan di dalam setiap area grid, dengan jarak antar titik tumbukan minimal 25 mm.
- Perhitungan: Buang nilai-nilai pencilan (terlalu tinggi atau rendah) dan hitung rata-rata dari sisa pembacaan untuk mendapatkan angka pantul representatif bagi area tersebut.
Interpretasi Hasil dan Faktor Pengaruh
Angka pantul yang diperoleh kemudian dikonversikan menjadi perkiraan kekuatan tekan (dalam MPa atau psi) menggunakan grafik konversi yang disediakan oleh produsen alat. Namun, sangat penting untuk memahami bahwa ini hanyalah perkiraan.
Akurasi hasil Schmidt Hammer sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
- Kelembaban Beton: Permukaan yang basah akan memberikan angka pantul yang lebih rendah.
- Karbonasi: Lapisan karbonasi pada permukaan beton tua akan membuatnya lebih keras dan memberikan angka pantul yang tinggi secara artifisial.
- Jenis Agregat: Beton dengan agregat yang sangat keras (misalnya, batu pecah) akan memberikan hasil yang berbeda dari beton dengan agregat yang lebih lunak (misalnya, kerikil sungai).
- Umur Beton dan Orientasi Alat: Faktor-faktor ini juga harus dipertimbangkan dan dikoreksi.
Sebuah studi mencatat bahwa Schmidt Hammer cenderung meremehkan kekuatan tekan sebenarnya, yang menekankan pentingnya tidak mengandalkan alat ini sebagai satu-satunya penentu mutu beton[4].
Kotak Praktik Terbaik: Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
- Jangan menguji pada permukaan yang kasar, kotor, atau basah.
- Jangan menguji langsung di atas tulangan baja atau agregat besar yang menonjol.
- Jangan hanya mengambil satu atau dua bacaan; selalu ambil rata-rata dari banyak titik.
- Jangan lupa untuk selalu memegang alat tegak lurus dengan permukaan pengujian.
Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Tester
Jika Schmidt Hammer melihat “kulit” beton, maka Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Tester berfungsi seperti “stetoskop” yang mendengarkan kondisi di bagian dalamnya. Alat ini sangat baik untuk menilai keseragaman, kepadatan, dan mendeteksi cacat internal seperti retakan, rongga, atau delaminasi.
Prinsip Kerja: Mengukur Integritas Internal Beton
Prinsip kerja UPV didasarkan pada pengukuran waktu yang dibutuhkan gelombang ultrasonik untuk merambat dari transduser pemancar (transmitter) ke transduser penerima (receiver) melalui ketebalan beton yang diketahui. Rumus dasarnya adalah Kecepatan (V) = Jarak (L) / Waktu (T).
Kecepatan gelombang ini berkorelasi langsung dengan kualitas beton:
- Kecepatan Tinggi: Menandakan beton yang padat, seragam, dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi (kualitas baik).
- Kecepatan Rendah: Menandakan adanya retakan, rongga, atau beton berkualitas rendah yang memperlambat perjalanan gelombang.
Terdapat tiga konfigurasi penempatan transduser:
- Langsung (Direct): Transduser ditempatkan saling berhadapan di sisi berlawanan dari elemen beton (misalnya, dinding atau kolom). Ini adalah metode yang paling akurat.
- Semi-Langsung (Semi-Direct): Transduser ditempatkan pada permukaan yang bersebelahan (membentuk sudut).
- Tidak Langsung (Indirect): Kedua transduser ditempatkan pada permukaan yang sama. Metode ini paling tidak sensitif dan biasanya digunakan ketika hanya satu sisi yang dapat diakses.
Secara umum, kualitas beton dapat diklasifikasikan berdasarkan kecepatan denyut sebagai berikut:
| Kecepatan Denyut (km/s) | Kualitas Beton |
|---|---|
| > 4.5 | Sangat Baik (Excellent) |
| 3.5 – 4.5 | Baik (Good) |
| 3.0 – 3.5 | Meragukan (Questionable) |
| < 3.0 | Buruk (Poor) |
Memilih Alat Uji Beton yang Tepat: Schmidt Hammer vs UPV
Memahami cara kerja masing-masing alat adalah langkah pertama. Langkah selanjutnya yang krusial adalah mengetahui kapan harus menggunakan alat yang mana. Keputusan ini bergantung sepenuhnya pada tujuan pengujian Anda.
Catatan Lapangan dari Insinyur:
“Jangan pernah berpikir ‘mana yang lebih baik?’. Pikirkan ‘mana yang lebih cocok untuk pertanyaan yang ingin saya jawab?’. Schmidt Hammer cepat untuk memetakan keseragaman permukaan di area luas. UPV lebih lambat tapi tak ternilai untuk menyelidiki anomali atau memeriksa integritas internal setelah ada dugaan kerusakan. Keduanya adalah alat yang saling melengkapi dalam toolkit seorang insinyur.”
Perbandingan Head-to-Head: Kapan Menggunakan Masing-Masing Alat?
Tabel berikut memberikan perbandingan langsung untuk membantu Anda membuat keputusan yang tepat di lapangan.
| Kriteria | Schmidt Hammer (Rebound Test) | Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Tester |
|---|---|---|
| Prinsip | Mengukur pantulan tumbukan (kekerasan permukaan) | Mengukur kecepatan rambat gelombang suara (integritas internal) |
| Informasi Utama | Perkiraan kekuatan tekan, keseragaman mutu permukaan | Deteksi retakan, rongga, delaminasi, keseragaman internal |
| Ideal Untuk | Kontrol kualitas cepat di area luas, memetakan variasi mutu | Investigasi kerusakan (api, beku), evaluasi struktur, deteksi cacat |
| Keterbatasan | Sangat dipengaruhi kondisi permukaan, tidak mendeteksi cacat internal | Dipengaruhi oleh keberadaan tulangan, kelembaban, dan agregat |
| Biaya Alat | Relatif lebih rendah | Relatif lebih tinggi |
| Kemudahan & Kecepatan | Sangat cepat dan mudah digunakan oleh satu orang | Memerlukan lebih banyak persiapan dan seringkali dua orang |
Contoh Skenario:
- Untuk pemeriksaan cepat keseragaman beton pada serangkaian kolom baru di gedung parkir: Gunakan Schmidt Hammer.
- Untuk menyelidiki pilar jembatan yang diduga memiliki retakan internal setelah gempa: Gunakan UPV Tester.
Metode Kombinasi (SONREB) untuk Akurasi Maksimal
Untuk mendapatkan perkiraan kekuatan tekan yang paling akurat menggunakan NDT, para ahli merekomendasikan penggunaan metode kombinasi yang dikenal sebagai SONREB (Sonic-Rebound). Metode ini secara statistik menggabungkan data dari kecepatan denyut ultrasonik (Sonic) dan angka pantul (Rebound).
Dengan memanfaatkan kelebihan dari kedua metode—kekerasan permukaan dari Schmidt Hammer dan integritas internal dari UPV—metode SONREB dapat meminimalkan pengaruh variabel pengganggu yang memengaruhi masing-masing alat secara individual. Hasilnya adalah korelasi yang jauh lebih kuat dan andal terhadap kekuatan tekan beton yang sebenarnya. Banyak penelitian akademis mendukung bahwa pendekatan metode gabungan ini menawarkan akurasi estimasi kekuatan yang lebih tinggi.
Tantangan di Lapangan & Cara Memastikan Akurasi Hasil NDT
Memiliki alat yang canggih tidak menjamin hasil yang akurat. Praktik di lapangan seringkali jauh dari kondisi ideal di laboratorium. Lingkungan yang keras, persiapan yang kurang memadai, dan kesalahan operator adalah tantangan nyata. Untuk mendapatkan data yang andal, sangat penting untuk memahami dan mengatasi tantangan ini. Laporan seperti ACI 228.2R NDT Methods Report memberikan panduan mendalam tentang prosedur evaluasi yang benar.
5 Kesulitan Umum Uji Beton di Lapangan dan Solusinya
Hasil Bacaan yang Tidak Konsisten
- Masalah: Nilai yang didapat dari Schmidt Hammer atau UPV sangat bervariasi di area yang seharusnya seragam.
- Solusi (Do’s & Don’ts):
- Do: Pastikan permukaan benar-benar halus dan bersih. Gunakan batu gerinda untuk meratakan area pengujian.
- Do: Periksa kopling (couplant) pada transduser UPV. Gunakan gel atau gemuk yang cukup untuk memastikan kontak penuh.
- Don’t: Jangan melakukan pengujian di atas tulangan baja. Gunakan rebar locator terlebih dahulu.
Kontaminasi atau Kondisi Permukaan yang Buruk
- Masalah: Permukaan beton dilapisi cat, plesteran, atau mengalami karbonasi berat, yang mengganggu hasil Schmidt Hammer.
- Solusi:
- Do: Selalu siapkan permukaan dengan menggerinda lapisan luar hingga beton asli terlihat.
- Don’t: Jangan pernah mengambil bacaan di atas permukaan yang tidak dipersiapkan, karena hasilnya akan sangat tidak akurat.
Pengaruh Faktor Lingkungan
- Masalah: Suhu ekstrem atau kelembaban tinggi memengaruhi hasil. Beton yang basah akan memberikan angka pantul yang lebih rendah.
- Solusi:
- Do: Catat kondisi lingkungan saat pengujian. Jika memungkinkan, biarkan permukaan mengering sebelum pengujian.
- Do: Gunakan faktor koreksi yang disediakan oleh produsen alat jika pengujian harus dilakukan dalam kondisi non-standar.
Penanganan Alat yang Salah
- Masalah: Operator tidak memegang Schmidt Hammer tegak lurus atau memberikan tekanan yang tidak konsisten pada transduser UPV.
- Solusi:
- Do: Lakukan pelatihan rutin bagi teknisi lapangan. Pastikan mereka memahami pentingnya prosedur standar.
- Don’t: Jangan terburu-buru. Konsistensi dalam setiap pembacaan adalah kunci untuk data yang andal.
Interpretasi Data yang Keliru
- Masalah: Menganggap hasil NDT sebagai nilai kekuatan absolut tanpa verifikasi.
- Solusi:
- Do: Selalu ingat bahwa hasil NDT (terutama Schmidt Hammer) adalah perkiraan. Gunakan untuk perbandingan dan identifikasi area yang lemah.
- Do: Pahami bahwa kekuatan beton yang dirawat di lapangan bisa lebih rendah. Standar seperti SNI 2847-13 bahkan mengizinkan kekuatan silinder yang dirawat di lapangan bisa mencapai 85% dari silinder yang dirawat di lab dan masih dianggap dapat diterima[5].
Kunci Akurasi: Kalibrasi dan Korelasi dengan Core Drill
Inilah langkah paling krusial untuk mengubah data NDT dari sekadar indikator kualitatif menjadi alat estimasi kuantitatif yang andal: korelasi. Prosedur pengujian resmi, seperti yang dijelaskan oleh South Carolina Department of Transportation (SCDOT), secara eksplisit menyatakan bahwa untuk memperkirakan kekuatan, harus dibuat hubungan antara angka pantul dan kekuatan inti beton yang diambil dari lokasi yang sesuai[3].
Proses ini melibatkan langkah-langkah berikut:
- Identifikasi Lokasi: Pilih beberapa area pada struktur yang mewakili rentang kualitas beton (misalnya, area yang menunjukkan hasil NDT tinggi, sedang, dan rendah).
- Lakukan NDT: Lakukan pengujian NDT (Schmidt Hammer dan/atau UPV) secara menyeluruh di lokasi-lokasi yang telah dipilih.
- Ambil Sampel Inti (Core Drill): Bor dan ambil sampel inti beton dari lokasi yang sama persis di mana pengujian NDT dilakukan.
- Uji Laboratorium: Uji kekuatan tekan sampel inti di laboratorium terakreditasi untuk mendapatkan nilai kekuatan absolut.
- Buat Grafik Korelasi: Plot hasil NDT (misalnya, angka pantul) pada satu sumbu dan hasil kekuatan tekan inti pada sumbu lainnya. Buat kurva regresi yang paling sesuai dengan titik-titik data tersebut.
- Gunakan Kurva Korelasi: Kurva spesifik proyek ini sekarang menjadi alat yang jauh lebih akurat untuk mengubah semua pembacaan NDT lainnya di seluruh struktur menjadi perkiraan kekuatan tekan yang andal.
Studi Kasus: Pengujian NDT di Lingkungan Khusus (Lokasi Tambang)
Lingkungan tambang menghadirkan tantangan unik: debu yang berlebihan, getaran dari alat berat, akses yang sulit, dan potensi paparan bahan kimia. Dalam kondisi seperti ini, NDT menjadi lebih penting karena logistik untuk uji destruktif sangat rumit.
- Tantangan: Debu dapat menyumbat mekanisme alat, dan getaran konstan dapat mengganggu pembacaan. Akses yang terbatas mungkin hanya memungkinkan pengujian dari satu sisi.
- Solusi:
- Pemilihan Alat: Gunakan alat NDT yang kokoh dan portabel dengan rating IP (Ingress Protection) yang tinggi untuk ketahanan terhadap debu dan air. Model digital seringkali lebih tahan banting daripada model analog.
- Modifikasi Prosedur: Persiapan permukaan menjadi sangat krusial. Gunakan sikat kawat dan kompresor udara untuk membersihkan area pengujian secara menyeluruh dari debu dan lumpur. Untuk UPV, metode tidak langsung mungkin menjadi satu-satunya pilihan jika akses terbatas.
- Perlindungan Alat: Simpan peralatan dalam wadah pelindung yang kokoh saat tidak digunakan dan lakukan pembersihan serta kalibrasi lebih sering dari biasanya.
Dalam lingkungan industri yang diatur secara ketat seperti pertambangan, semua prosedur pengujian harus mematuhi standar keselamatan dan operasional yang ditetapkan oleh badan pengawas seperti Kementerian ESDM atau asosiasi profesi terkait.
Kesimpulan: Menguasai NDT untuk Jaminan Mutu yang Unggul
Uji Beton Non-Destruktif (NDT) telah berevolusi dari sekadar teknik pelengkap menjadi alat yang sangat diperlukan dalam siklus hidup struktur beton. Dari memastikan keseragaman mutu pada konstruksi baru hingga mendiagnosis kondisi bangunan yang sudah ada, NDT memberikan wawasan yang cepat, hemat biaya, dan tidak merusak.
Kita telah melihat bahwa alat seperti Schmidt Hammer sangat efektif untuk pemetaan permukaan yang cepat, sementara UPV Tester memberikan kemampuan tak ternilai untuk melihat ke dalam integritas internal beton. Namun, kekuatan sejati dari NDT tidak terletak pada satu alat, melainkan pada pemahaman kapan dan bagaimana menggunakannya, serta menyadari keterbatasannya. Kunci untuk hasil yang dapat dipercaya terletak pada prosedur yang teliti, persiapan permukaan yang cermat, dan yang terpenting, kemauan untuk mengkalibrasi dan mengkorelasikan data NDT dengan pengujian inti yang terukur.
Dengan panduan lapangan ini, Anda kini lebih siap untuk tidak hanya melakukan pengujian, tetapi juga untuk merencanakan, melaksanakan, dan menginterpretasikan program NDT dengan percaya diri. Anda memiliki kerangka kerja untuk memilih metode yang tepat, mengatasi tantangan di lapangan, dan pada akhirnya, membuat keputusan teknis yang lebih baik untuk memastikan keamanan, daya tahan, dan umur panjang aset infrastruktur Anda.
Sebagai pemasok dan distributor terkemuka alat ukur dan uji untuk aplikasi industri, CV. Java Multi Mandiri memahami kebutuhan kritikal perusahaan Anda akan data yang akurat dan andal. Kami menyediakan berbagai instrumen pengujian beton non-destruktif, termasuk Schmidt Hammer dan Ultrasonic Tester, yang dirancang untuk memenuhi tuntutan kondisi lapangan yang berat. Kami berkomitmen untuk menjadi mitra bisnis Anda dalam mengoptimalkan operasi kontrol kualitas dan pemeliharaan aset. Untuk diskusikan kebutuhan perusahaan Anda dan temukan solusi peralatan yang paling sesuai, tim ahli kami siap membantu.
Disclaimer: Information is for educational purposes. Always consult with a certified engineer and adhere to local standards (SNI) and safety regulations for any construction testing.
Rekomendasi Hardness Tester
-

Metal Hardness Tester NOVOTEST TB-MCV-10
Lihat produk★★★★★ -

UCI Probe for NOVOTEST T-U3
Rp56.325.000,00Lihat produk★★★★★ -

Digital Hardness Tester Portable NOVOTEST TB-BRV-D
Lihat produk★★★★★ -

Alat Uji Kekerasan NOVOTEST TB-B-C
Lihat produk★★★★★ -

Bench Hardness Tester NOVOTEST TB-MCV-1
Rp68.100.000,00Lihat produk★★★★★ -

Alat Penguji Kekerasan Mikro-Vickers NOVOTEST TS-MCV
Rp373.125.000,00Lihat produk★★★★★ -

Shore Hardness Test Stand NOVOTEST
Lihat produk★★★★★ -

Vickers Test Blocks NOVOTEST HV
Rp7.575.000,00Lihat produk★★★★★
References
- Panjehpour, P. (N.D.). A Review of Global Codes and Standards for Non-Destructive Testing in Reinforced Concrete Structures. e-Journal of Nondestructive Testing (NDT.net). Retrieved from https://www.ndt.net/article/panndt2025/papers/PANNDT2025_72.pdf
- American Concrete Institute Committee 228. (2019). ACI 228.1R-19: Report on Methods for Estimating In-Place Concrete Strength. American Concrete Institute. Retrieved from https://www.concrete.org/Portals/0/Files/PDF/Previews/228.1R-19_preview.pdf
- South Carolina Department of Transportation. (N.D.). Standard Method of Test for Determining the Rebound Number of Hardened Concrete (SCDOT Designation: SC-T-49). SCDOT. Retrieved from https://www.scdot.org/business/pdf/materials-research/testProcedure/concrete/SCT49.pdf
- Sanchez, G. M., & Tarranza, N. (N.D.). Study on the Schmidt Hammer Rebound Test.
- Badan Standardisasi Nasional. (2013). SNI 2847:2013: Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung.



