1. Home
  2. »
  3. Artikel
  4. »
  5. Sumberdaya Batubara di Indonesia

Sumberdaya Batubara di Indonesia

Sumberdaya Batubara di Indonesia – Endapan batubara bernilai ekonomis yang ada di Indonesia, kebanyakan berasal dari cekungan Tersier, di bagian barat Paparan Sunda yaitu Pulau Sumatra dan Kalimantan. Endapan batubara ekonomis tersebut, umumnya digolongkan sebagai endapan batubara ekonomis Miosen atau sekitar Tersier Atas yang berumur sekitar 20 juta tahun yang lalu. Dan endapan batubara ekonomis Eosen atau sekitar Tersier Bawah dengan umur 45 juta tahun yang lalu.

Batubara di Indonesia

Sumberdaya Batubara di Indonesia

Endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini tersebutlah yang menjadi pemicu terbentuknya batubara miosen. Pada iklim basah sepanjang tahun akan menyebabkan salah satu contoh endapan gambut tersebut berupa kubah gambut yang terbentuk di atas muka tanah. Proses terbentuknya kubah gambut juga tidak hanya karena faktor iklim namun dapat juga dikarenakan oleh kondisi dimana unsur unsur anorganik yang terbawa air masuk ke dalam tanah dan membentuk lapisan batubara dengan sulfur rendah kemudian menebal sesuai dengan kondisi dan waktu. Sedangkan endapan batubara eosen terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta. Daerah pembentukan gambut ini banyak terdapat di daerah timur Sumatra dan sebagian besar wilayah Kalimantan.

Endapan batubara Eosen

Endapan batubara jenis ini dimulai sekitar tersier bawah atau paleogen di cekungan-cekungan sedimen yang berbentuk tatanan tektonik. Endapan batubara jenis ini banyak ditemukan pada di pulau Sumatra dan Kalimantan Indonesia.

Di sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatra, ekstensi endapan eosen ini terbentuk. Pengendapan berlangsung mulai terjadi pada eosen tengah, hal tersebut diketahui berdasarkan dari batuan sedimen yang pernah ditemukan.

Gerakan penunjaman Lempeng Indo-Australia, menyebabkan ekspansi Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda tersebut. berada pada tatanan busur bagian dalam. Pada saat Paleogen non-marin, terutama fluvial, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal, merupakan penyebab awal terjadinya lingkungan pengendapan.

Pengendapan batubara yang terjadi sekitar eosen tengah atas banyak ditemukan di tambang Kalimantan bagian tenggara, sedangkan yang umurnya lebih muda yaitu terjadi saat eosen atas hingga oligosen bawah, berada di Sumatra. Endapan fluvial yang terjadi di sumatra bagian tengah, berlangsung pada fase awal dan mulai tertutup oleh endapan non marin atau danau. Sedangkan endapan fluvial yang terjadi di kalimantan bagian tenggara terjadi pada dataran pantai yang ditutupi oleh lapisan batubara, setelah itu diatasnya ditutupi secara transgresif oleh sedimen laut berumur eosen atas.

Endapan batubara eosen banyak terdapat di cekungan pasir-Kalimantan Selatan, cekungan asam asam-Kalimantan Timur, cekungan barito-Kalimantan Selatan, cekungan kutai atas-Kalimantan Tengah dan Timur, cekungan melawi dan ketungau-Kalimantan Barat, cekungan tarakan-Kalimantan Timur, hingga cekungan ombilin-Sumatra Barat,Sumatra Tengah dan Riau.

Endapan Batubara Miosen

Paparan Sunda berakhir pada masa miosen awal dan terjadi pengembangan regional tersier bawah-tengah. Terjadi transgresi marin pada kawasan luas dan membentuk sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen batugamping, proses tersebut berlangsung pada kala oligosen hingga awal miseon. Endapan batubara jenis ini banyak ditemukan di tambang cekungan kutai bagian bawah-Kalimantan Timur, cekungan barito-Kalimantan Selatan, cekungan Sumatera bagian selatan hingga cekungan Bengkulu.

Pembentukan endapan batubara miosen ini terjadi mirip dengan daerah pembentukan gambut umumnya pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai misalnya seperti di daerah Sumatra bagian timur. Karakteristik lain dari batubara jenis ini yaitu memiliki kandungan belerang yang rendah dan berwarna abu. Sumberdaya batubara jenis miosen ini kebanyakan tergolong sub-bituminus dan lignit sehingga kurang nilai jual yang kurang kecuali terdapat di lokasi geografisnya yang menguntungkan. Akan tetapi batubara miosen di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima, endapan batubara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan beberapa lokasi di dekat Tanjung Enim, Cekungan Sumatera bagian selatan.

Sumberdaya Batubara di Indonesia

Di Indonesia sendiri potensi sumberdaya batubaranya sangat melimpah terutama pada daerah pulau kalimantan dan pulau sumatra. Sedangkan di daerah pulaunya lainnya seperti pulau jawa, potensi sumberdaya batubaranya terbilang kecil dan belum dapat ditentukan nilai ekonomisnya.

Menurut badan geologi nasional, Indonesia masih mempunyai hingga 160 miliar ton cadangan batubara yang belum digali. Cadangan tersebut banyak terdapat di daerah sumatera selatan dan kalimantan timur. Akan tetapi upaya penggalian batubara pada daerah daerah tempat cadangan batubara tersebut kerap terkendala status lahan tambang karena sebagian besar berada di kawasan hutan lindung. Produksi pertambangan batu bara di Indonesia rata-rata mencapai 300 juta ton per tahun. Dari 300 juta ton per tahun tersebut, sekitar 10 persen digunakan untuk energi dalam negeri dan sisanya sekitar 90 persen untuk diekspor ke luar negeri.

Kegunaan batubara di Indonesia sendiri sebagai bahan bakar utama pada banyak industri selain solar. Kegunaan batubara dalam segi ekonomis juga jauh lebih hemar dibandingkan solar, dengan perbandingan batubara hanya Rp 0.09/kilokalori sedangkan solar Rp 0.74/kilokalori.

Batubara juga termasuk menjadi cadangan energi fosil penting bagi Indonesia dilihat dari segi kuantitas. Dengan jumlah yang sangat melimpah hingga puluhan miliar ton, indonesia dapat memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Namun, mengubahnya menjadi energi listrik melalui PLTU dan membakarnya hingga habis sepertinya tidaklah mungkin. Cara ini dinilai kurang efisien dan baik, karena dapat mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy.

Pembakaran batubara secara langsung dinilai kurang baik, akan lebih baik jika batubara dikonversi menjadi migas sintetis atau bahan petrokimia lain yang nilai ekonomisnya tinggi. pencairan dan penyubliman batubara merupakan dua cara yang dipertimbangkan dalam hal tersebut.

Batubara yang dibakar secara langsung atau direct burning telah dikembangkan secara berkelanjutan dengan tujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum. Cara-cara pembakaran langsung tersebut seperti : fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan lain-lain. Masing-masing dari cara tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan.

Cara Membuat Batubara Bersih

Dalam membersihkan batubara, terdapat beberapa cara yaitu menghilangkan unsur sulfur atau zat kimia kekuningan yang terkandung sedikit dalam batubara, batubara jenis ini banyak ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan eastern states lainnya. Batubara di daerah tersebut mengandung unsur sulfur sekitar 3 sampai 10% dari berat batubara. Sedangkan beberapa batubara yang berada di Wyoming, Montana dan negara bagian barat lainnya kandungan sulfur hanya sekitar 1/100ths atau lebih kecil dari 1% dari berat batubara. Penting bahwa sebagian besar sulfur yang terkandung dalam batubara dibuang sebelum mencapai cerobong asap.

Cara mudah membersihkan batubara juga dapat dilakukan dengan cara memecah batu bara ke bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Unsur sulfur yang terkandung dalam batubara dan dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite biasanya berbentuk bintik kecil biasa disebut sebagai pyritic sulfur atau juga dikenal dengan fool’s gold. Fasilitas pembersih batubara dari kotoran kotoran yang terkandung dinamakan coal preparation plants. Kinerjanya alat tersebut yaitu menampung bongkahan batubara kemudian diisi air, dalam proses tersebut batubara yang telah bersih akan mengambang ketika kotoran sulfur tenggelam.

Tidak semua unsur sulfur yang terkandung pada batubara dapat dibersihkan dengan cara diatas. Secara kimia, unsur sulfur benar-benar terikat dengan molekul karbon batubara. Sehingga proses pencucian tidak dapat menghilangkan secara mudah. Berbagai cara telah dicoba dengan mencampur batubara dengan unsur unsur kimia lain yang dapat menghilangkan sulfur dari batubara namun proses tersebut justru terbukti terlalu mahal. Oleh sebab itu Banyak ilmuwan masih bekerja untuk mengurangi biaya dari proses pencucian kimia penghilangan sulfur pada batubara.

Sebenarnya banyak perusahaan pembangkit tenaga listrik modern telah diharuskan memiliki alat khusus yang terpasang untuk menghilangkan unsur sulfur dari gas hasil pembakaran batubara sebelum gas tersebut naik menuju cerobong asap. Alat tersebut adalah flue gas desulfurization units, namun lebih dikenal dengan alat scrubbers yang artinya men-scrub atau menggosok sulfur keluar dari asap yang dikeluarkan oleh tungku pembakaran batubara.