Di tengah deru mesin-mesin raksasa dan lanskap yang terus berubah, integritas setiap struktur beton di lokasi tambang adalah penopang utama keselamatan dan kelancaran operasi. Fondasi alat berat, penyangga terowongan, hingga jalan angkut—semuanya bergantung pada kekuatan beton yang harus terjamin. Namun, di sinilah letak paradoksnya: lingkungan kerja tambang yang ekstrem justru menjadi musuh terbesar bagi akurasi pengujian beton itu sendiri. Debu abrasif, kelembaban korosif, dan getaran konstan tidak hanya merusak alat uji yang mahal, tetapi juga menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Bagi para insyinyur Quality Control (QC) dan teknisi lapangan, ini adalah pertarungan harian melawan ketidakpastian. Hasil uji yang meragukan dapat berujung pada keputusan yang salah, penundaan proyek yang mahal, atau bahkan risiko kegagalan struktur yang fatal. Pertanyaannya bukan lagi apakah lingkungan tambang akan memengaruhi pengujian Anda, tetapi bagaimana Anda dapat secara sistematis mengatasinya.
Artikel ini adalah panduan lapangan definitif yang Anda butuhkan. Kami akan mengupas tuntas setiap tantangan, memberikan strategi praktis untuk menguasai akurasi alat uji beton non-destruktif seperti Schmidt Hammer, dan memaparkan protokol yang jelas untuk memastikan setiap data yang Anda kumpulkan andal, akurat, dan dapat dipertahankan—bahkan di kondisi paling keras sekalipun.
- Mengapa Lingkungan Tambang Jadi Musuh Utama Akurasi Uji Beton?
- Kunci Akurasi Schmidt Hammer: Faktor Kritis yang Wajib Dikuasai
- Strategi Peralatan: Memilih dan Merawat Alat Uji untuk Medan Tambang
- Panduan Praktis: SOP Pengujian Beton di Lapangan Tambang
- Kesimpulan: Dari Ketidakpastian Menuju Kepercayaan Diri
- References
Mengapa Lingkungan Tambang Jadi Musuh Utama Akurasi Uji Beton?
Lokasi tambang bukanlah sekadar lokasi konstruksi biasa. Ini adalah medan pertempuran di mana material dan peralatan diuji hingga batas kemampuannya. Bagi para profesional yang bertanggung jawab atas quality control beton, memahami musuh yang sebenarnya adalah langkah pertama untuk meraih kemenangan. Tantangan di lingkungan tambang bersifat multifaset, mencakup serangan kimiawi, tekanan fisik, dan kendala logistik yang unik.
Sebuah studi kasus yang dipublikasikan di jurnal NDT menyoroti bagaimana lingkungan yang agresif secara signifikan merusak properti mekanik dan mikrostruktur beton. Faktor-faktor seperti perubahan suhu yang mendadak dan keberadaan ion agresif seperti sulfat (SO4 2-) dan klorida (Cl-)—yang sering ditemukan di area tambang—dapat memicu korosi pada tulangan baja dan menyebabkan keretakan internal pada beton. Ini berarti permukaan yang Anda uji mungkin tidak lagi merepresentasikan kekuatan inti struktur, sebuah tantangan besar bagi akurasi alat uji permukaan seperti Schmidt Hammer.
Visualisasi: Anatomi Risiko di Lingkungan Tambang
Bayangkan sebuah infografis yang memetakan berbagai ancaman di lokasi tambang:
- Ancaman Udara: Debu silika dan batubara yang abrasif, gas korosif.
- Ancaman Cair: Kelembaban tinggi, air asam tambang, hujan lebat.
- Ancaman Tanah: Getaran konstan dari alat berat dan peledakan.
- Ancaman Iklim: Fluktuasi suhu ekstrem dari panas terik ke dingin.
- Ancaman Logistik: Akses jalan yang sulit, ketiadaan sumber listrik stabil, regulasi K3 yang ketat.
From the Field:
“Banyak orang fokus pada debu, tapi mereka meremehkan getaran tanah,” ujar seorang insinyur sipil berpengalaman di proyek tambang. “Getaran dari haul truck yang lewat saja sudah cukup untuk mengacaukan pembacaan alat sensitif atau bahkan membuat hasil uji slump menjadi tidak valid sama sekali. Stabilitas adalah kemewahan yang jarang kami miliki.”
Serangan Debu Abrasif dan Kelembaban Korosif
Dua musuh yang paling terlihat dan merusak adalah debu dan kelembaban. Debu tambang bukan sekadar kotoran biasa; partikelnya sering kali sangat keras dan tajam. Debu silika, misalnya, memiliki tingkat kekerasan sekitar 7 Mohs, membuatnya sangat abrasif. Ketika partikel ini masuk ke dalam mekanisme presisi sebuah Schmidt Hammer, ia akan mengikis komponen internal, menyebabkan plunger macet, dan menghasilkan pembacaan rebound yang tidak konsisten.
Gambar: Sebelum vs Sesudah
Bayangkan perbandingan dua komponen internal Schmidt Hammer. Satu berkilau dan bersih, yang lain kusam dan tersumbat oleh gumpalan debu halus, menggambarkan dengan jelas bagaimana kontaminasi dapat menghambat fungsi alat.
Kelembaban, baik dari udara maupun hujan, membawa ancaman berbeda. Ia memicu korosi pada komponen logam dan dapat menyebabkan korsleting pada alat uji digital. Lebih dari itu, kondisi kelembaban secara langsung memengaruhi hasil uji. Sebuah panduan komprehensif dari International Atomic Energy Agency (IAEA) secara tegas menyatakan bahwa “kondisi kelembaban permukaan dan internal beton” adalah salah satu faktor utama yang memengaruhi hasil rebound Schmidt Hammer. Permukaan beton yang basah dapat menurunkan nilai rebound secara signifikan, memberikan kesan keliru bahwa beton tersebut lebih lemah dari kondisi sebenarnya.
Getaran, Suhu Ekstrem, dan Akses Terbatas
Di luar debu dan air, lingkungan tambang menghadirkan tantangan fisik dan logistik lainnya. Getaran konstan dari mesin bor, ekskavator, dan truk pengangkut merambat melalui tanah dan struktur, mengganggu stabilitas yang dibutuhkan untuk pengujian yang akurat.
Suhu juga menjadi variabel kritis. Sebagian besar alat uji elektronik memiliki rentang suhu operasional yang terbatas, umumnya antara 0°C hingga 40°C. Mengoperasikan alat di luar rentang ini dapat merusak sensor dan komponen elektronik, serta menguras daya baterai secara drastis. Tantangan ini diperparah oleh fluktuasi suhu yang cepat, yang dapat menyebabkan kondensasi di dalam alat saat dibawa dari lingkungan ber-AC ke lapangan yang panas. Untuk pemahaman lebih lanjut, panduan mengenai praktik beton di cuaca ekstrem seperti yang dibahas dalam ACI Guidance on Extreme Weather Concreting memberikan konteks yang berharga.
Terakhir, kendala logistik seperti akses yang sulit ke titik pengujian, ketiadaan sumber listrik yang andal untuk mengisi daya peralatan, dan prosedur izin kerja (work permit) yang ketat menambah lapisan kompleksitas dalam merencanakan dan melaksanakan pengujian yang efektif.
Kunci Akurasi Schmidt Hammer: Faktor Kritis yang Wajib Dikuasai
Memahami bahwa lingkungan tambang itu keras adalah satu hal; mengetahui secara pasti faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pembacaan alat Anda adalah kunci untuk mendapatkan data yang akurat. Schmidt Hammer, meskipun praktis, sangat sensitif terhadap berbagai variabel. Mengabaikan faktor-faktor ini sama saja dengan menebak-nebak.
IAEA, dalam buku panduannya tentang pengujian non-destruktif, memberikan daftar definitif faktor-faktor yang memengaruhi hasil rebound Schmidt Hammer. Menguasai daftar ini adalah kewajiban bagi setiap teknisi lapangan:
- Kehalusan permukaan uji: Permukaan kasar akan memberikan hasil yang tidak akurat.
- Ukuran, bentuk, dan kekakuan spesimen: Beton yang tipis atau tidak ditopang dengan baik akan menyerap sebagian energi tumbukan.
- Umur spesimen: Beton terus mengeras seiring waktu.
- Kondisi kelembaban permukaan dan internal: Seperti dibahas sebelumnya, permukaan basah menurunkan nilai rebound.
- Jenis agregat kasar: Jenis batuan yang berbeda memiliki kekerasan yang berbeda.
- Jenis semen: Komposisi semen yang berbeda menghasilkan permukaan dengan kekerasan yang berbeda pula.
- Karbonasi pada permukaan beton: Reaksi kimia dengan CO2 di udara dapat menciptakan lapisan permukaan yang sangat keras dan rapuh, yang tidak mewakili kekuatan inti beton.
Faktor terakhir, karbonasi, adalah salah satu yang paling menipu. Karbonasi pada permukaan beton dapat meningkatkan pembacaan Schmidt Hammer hingga 50%, memberikan hasil yang ‘terlalu bagus’ dan tidak akurat. Ini menciptakan rasa aman yang palsu mengenai kekuatan struktur yang sebenarnya.
Untuk membantu Anda menginternalisasi faktor-faktor ini, bayangkan sebuah checklist “10 Poin Verifikasi Sebelum Uji Schmidt Hammer” yang bisa Anda laminasi dan bawa ke lapangan. Untuk referensi teknis yang lebih mendalam, IAEA Guidebook on NDT of Concrete Structures adalah sumber yang sangat komprehensif.
Persiapan Permukaan: Langkah Awal yang Sering Diabaikan
Dari semua faktor yang memengaruhi akurasi, persiapan permukaan adalah yang paling bisa Anda kendalikan namun paling sering diabaikan. Permukaan uji yang ideal harus rata, halus, bersih, dan kering.
Gambar: Perbandingan Permukaan
Sebuah foto yang jelas menunjukkan perbedaan antara permukaan uji yang ideal (halus, berwarna seragam, bebas dari debu) dan permukaan yang buruk (kasar, berdebu, dengan sisa-sisa laitance atau cat).
Berikut adalah tabel praktis “Do’s and Don’ts” untuk persiapan permukaan:
| Do’s (Lakukan) | Don’ts (Jangan Lakukan) |
|---|---|
| ✅ Gunakan batu gerinda (grinding stone) untuk meratakan dan menghaluskan area uji. | ❌ Menguji pada permukaan yang kasar, berlubang, atau tidak rata. |
| ✅ Bersihkan semua debu dan kotoran dari permukaan setelah digerinda. | ❌ Menguji pada area yang basah atau lembab. |
| ✅ Pastikan area uji bebas dari laitance, cat, atau pelapis lainnya. | ❌ Menguji langsung pada tulangan baja atau agregat yang terekspos. |
| ✅ Pilih area yang mewakili massa beton utama, jauh dari sudut atau tepi. | ❌ Mengabaikan lapisan karbonasi; gerinda hingga lapisan beton asli. |
Menginvestasikan beberapa menit ekstra untuk persiapan permukaan akan meningkatkan kepercayaan diri Anda terhadap hasil pengujian secara eksponensial.
Menginterpretasi Angka: Dari Rebound Number ke Kuat Tekan (MPa)
Sangat penting untuk memahami bahwa Schmidt Hammer tidak mengukur kuat tekan secara langsung. Ia mengukur kekerasan permukaan (rebound), yang kemudian diperkirakan korelasinya dengan kuat tekan. Di sinilah banyak kesalahan interpretasi terjadi.
Akurasi Schmidt Hammer dapat memiliki deviasi sekitar 15-25% dari kekuatan tekan sebenarnya jika tidak dikorelasikan dengan pengujian inti (core test). Artinya, untuk mendapatkan hasil yang paling akurat, Anda harus membuat kurva korelasi yang spesifik untuk campuran beton yang digunakan di proyek Anda. Ini dilakukan dengan menguji beberapa lokasi dengan Schmidt Hammer, kemudian mengambil sampel inti (core drill) dari lokasi yang sama untuk diuji di laboratorium.
Penelitian oleh Krzysztof Schabowicz yang diterbitkan oleh U.S. National Institutes of Health (NIH) menyoroti bagaimana paparan lingkungan korosif dapat menyebabkan “heterogenitas kekuatan” di seluruh ketebalan elemen beton. Ini memperkuat argumen bahwa pengujian permukaan saja mungkin tidak menceritakan keseluruhan cerita, terutama pada struktur yang telah lama terpapar lingkungan tambang yang keras. Hasil NDT harus selalu diinterpretasikan dengan pemahaman mendalam tentang kondisi dan batasan ini.
Strategi Peralatan: Memilih dan Merawat Alat Uji untuk Medan Tambang
Di lingkungan tambang, peralatan Anda adalah investasi sekaligus aset vital. Memilih alat yang salah atau gagal merawatnya dengan benar akan berujung pada downtime yang mahal, biaya perbaikan yang tinggi, dan yang terpenting, data yang tidak dapat diandalkan. Strategi peralatan yang cerdas berfokus pada dua hal: pemilihan yang tepat dan perawatan yang disiplin.
Untuk membantu pengambilan keputusan, pertimbangkan perbandingan berikut:
| Fitur | Schmidt Hammer Standar (Analog) | Schmidt Hammer Tahan Debu/Digital |
|---|---|---|
| Ketahanan Lingkungan | Rentan terhadap debu dan kelembaban. | Seringkali memiliki IP Rating (misal: IP54), bodi tersegel (sealed housing) untuk proteksi. |
| Pencatatan Data | Manual, rentan terhadap kesalahan tulis. | Pencatatan data otomatis, transfer via USB/Bluetooth, mengurangi human error. |
| Konsistensi | Sangat bergantung pada teknik dan sudut operator. | Seringkali memiliki koreksi sudut otomatis. |
| Biaya Awal | Lebih rendah. | Lebih tinggi. |
| Biaya Kepemilikan Jangka Panjang | Potensi biaya perbaikan dan downtime lebih tinggi di medan berat. | Lebih rendah karena durabilitas lebih baik dan lebih sedikit kesalahan. |
Untuk mengelola perawatan, bayangkan sebuah “Log Book Perawatan Alat Uji Lingkungan Ekstrem” sederhana yang mencatat tanggal pembersihan, verifikasi anvil, dan jadwal kalibrasi profesional.
Memahami IP Rating: Kode Wajib untuk Alat di Area Tambang
Saat memilih peralatan elektronik untuk tambang, IP Rating (Ingress Protection) adalah spesifikasi yang tidak bisa ditawar. Kode ini, yang didefinisikan oleh International Electrotechnical Commission (IEC), secara jelas mengklasifikasikan tingkat perlindungan sebuah perangkat terhadap benda padat (seperti debu) dan cairan.
Visualisasi: Bagan IP Rating
Sebuah bagan sederhana menjelaskan arti dua digit dalam IP Rating:
- Digit Pertama (Proteksi Benda Padat): Skala 1-6. Angka 5 berarti “terlindungi dari debu” (debu mungkin masuk dalam jumlah kecil tapi tidak akan mengganggu operasi), dan angka 6 berarti “kedap debu” (tidak ada debu yang bisa masuk).
- Digit Kedua (Proteksi Cairan): Skala 1-8. Angka 4 berarti “tahan terhadap percikan air dari segala arah”, yang cukup untuk hujan ringan atau lingkungan lembab.
Rekomendasi Praktis: Untuk lingkungan tambang, cari alat dengan rating minimal IP54. Ini memberikan perlindungan yang solid terhadap debu dan percikan air, secara signifikan memperpanjang umur dan keandalan alat Anda.
Protokol Perawatan Harian: Sebelum, Selama, dan Sesudah Penggunaan
Disiplin dalam perawatan adalah kunci. Jadikan tiga langkah ini sebagai ritual yang tidak terpisahkan dari setiap sesi pengujian:
- Sebelum Penggunaan (Verifikasi): Lakukan beberapa kali tumbukan pada anvil uji (testing anvil) standar. Nilai rebound harus konsisten dan berada dalam rentang yang ditentukan oleh pabrikan (misalnya, 80 ± 2). Jika hasilnya di luar rentang atau tidak konsisten, alat tersebut memerlukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum digunakan.
- Selama Penggunaan (Proteksi): Lindungi alat dari hujan langsung. Jika tidak digunakan, simpan kembali di dalam kotaknya, jangan diletakkan di tanah yang berdebu atau basah.
- Sesudah Penggunaan (Pembersihan): Ini adalah langkah paling krusial. Gunakan sikat lembut dan kain kering untuk membersihkan semua debu dari badan alat, terutama di sekitar plunger. Jangan pernah menggunakan pelarut atau oli yang dapat merusak segel atau menarik lebih banyak kotoran.
Video Tutorial: Cara Membersihkan Schmidt Hammer Setelah Digunakan di Lokasi Berdebu
Bayangkan sebuah video singkat 60 detik yang mendemonstrasikan teknisi membersihkan alat dengan hati-hati, menyoroti area-area kritis yang perlu diperhatikan.
Jadwal Kalibrasi: Kapan Harus Dilakukan oleh Profesional?
Verifikasi harian pada anvil uji memastikan alat berfungsi secara konsisten, tetapi itu tidak menggantikan kalibrasi profesional. Kalibrasi adalah proses penyesuian alat agar sesuai dengan standar yang dapat ditelusuri secara nasional atau internasional.
Kirimkan alat Anda ke laboratorium kalibrasi yang terakreditasi oleh lembaga seperti Komite Akreditasi Nasional (KAN) dalam kondisi berikut:
- Secara Rutin: Setidaknya setahun sekali.
- Setelah Insiden: Jika alat terjatuh atau mengalami benturan keras.
- Jika Hasil Meragukan: Jika verifikasi harian pada anvil menunjukkan hasil yang tidak konsisten atau di luar spesifikasi.
Laboratorium yang terakreditasi akan memberikan sertifikat kalibrasi, sebuah dokumen penting yang membuktikan akurasi dan ketertelusuran alat Anda. Dokumen ini sangat berharga saat terjadi audit atau sengketa kualitas.
Panduan Praktis: SOP Pengujian Beton di Lapangan Tambang
Teori dan pengetahuan hanya akan berguna jika diterapkan secara konsisten. Berikut adalah kerangka Standard Operating Procedure (SOP) yang menggabungkan semua praktik terbaik ke dalam alur kerja yang logis dan dapat diulang. Mengadopsi SOP seperti ini akan mengubah cara tim Anda melakukan pengujian, dari sekadar mengumpulkan angka menjadi menghasilkan data yang dapat dipertahankan.
Untuk panduan yang lebih mendalam, sumber daya seperti NCDOT Concrete Field Technician Guide dan Bureau of Reclamation QA/QC Guidance for Concrete menawarkan wawasan tentang protokol pengujian lapangan yang komprehensif.
Tahap 1: Perencanaan dan Penilaian Risiko Pra-Uji
Keberhasilan pengujian dimulai jauh sebelum Anda tiba di lokasi.
- Tinjau Dokumen: Pelajari desain campuran beton (mix design) dan spesifikasi kekuatan yang disyaratkan.
- Tentukan Tujuan & Lokasi: Tentukan dengan jelas apa tujuan pengujian (misalnya, pemeriksaan keseragaman, estimasi kekuatan) dan tandai lokasi pengujian pada gambar kerja.
- Penilaian Risiko: Lakukan penilaian risiko spesifik lokasi. Checklist harus mencakup:
- Keamanan akses ke titik uji.
- Potensi bahaya (alat berat, area peledakan).
- Kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) khusus.
- Prosedur izin kerja (work permit) sesuai regulasi K3 perusahaan dan Kementerian ESDM.
- Persiapan Alat: Pastikan semua alat (Schmidt Hammer, batu gerinda, sikat, anvil uji) dalam kondisi baik, bersih, dan baterai terisi penuh (jika digital).
Tahap 2: Eksekusi Pengujian di Lapangan
Konsistensi adalah kunci selama eksekusi.
- Siapkan Permukaan: Ikuti prosedur persiapan permukaan yang telah dijelaskan sebelumnya (gerinda, bersihkan).
- Lakukan Pengujian: Pegang Schmidt Hammer tegak lurus dengan permukaan. Lakukan pengujian sesuai standar yang relevan, seperti ASTM C805, yang merekomendasikan pengambilan minimal 10 bacaan di setiap area pengujian, dengan jarak antar titik sekitar 25 mm.
- Dokumentasikan Segera: Gunakan alat digital dengan pencatatan data otomatis jika memungkinkan. Jika tidak, catat setiap hasil rebound secara manual di buku catatan lapangan. Ini meminimalkan risiko kesalahan transkripsi.
- Catat Kondisi: Dokumentasikan kondisi lingkungan saat pengujian (misalnya, “permukaan lembab setelah hujan ringan,” “getaran terasa dari ekskavator terdekat”). Informasi ini sangat penting selama tahap analisis.
Tahap 3: Analisis dan Pelaporan Data
Data mentah belum menjadi informasi. Proses analisis yang benar akan mengubahnya.
- Hitung Rata-Rata: Buang bacaan yang menyimpang terlalu jauh (outlier) sesuai pedoman standar (misalnya, buang bacaan yang berbeda lebih dari 15% dari rata-rata, lalu hitung ulang rata-rata dari sisa bacaan).
- Terapkan Korelasi: Gunakan kurva korelasi yang sesuai (dari pabrikan atau yang dikembangkan secara spesifik untuk proyek) untuk mengonversi nilai rebound rata-rata menjadi perkiraan kuat tekan dalam MPa.
- Sajikan Laporan Lengkap: Laporan pengujian Anda harus lebih dari sekadar angka. Sertakan informasi berikut untuk memberikan konteks penuh:
- Identifikasi struktur dan lokasi pengujian.
- Tanggal dan waktu pengujian.
- Jenis alat yang digunakan (model dan nomor seri).
- Semua hasil rebound individu.
- Nilai rebound rata-rata dan perkiraan kuat tekan.
- Catatan mengenai kondisi lingkungan atau potensi gangguan yang diamati.
Dengan mengikuti SOP ini, Anda tidak hanya memastikan akurasi tetapi juga menciptakan jejak audit yang jelas untuk setiap pengujian yang dilakukan.
Kesimpulan: Dari Ketidakpastian Menuju Kepercayaan Diri
Lingkungan tambang yang keras akan selalu menjadi tantangan bagi pengujian beton. Namun, ketidakpastian dan hasil yang tidak akurat bukanlah takdir yang harus diterima. Seperti yang telah kita lihat, keandalan dapat dicapai melalui pendekatan yang sistematis dan disiplin.
Kunci keberhasilan terletak pada tiga pilar utama:
- Penguasaan Faktor Akurasi: Memahami dan memitigasi variabel seperti kondisi permukaan, kelembaban, dan karbonasi.
- Strategi Peralatan yang Cerdas: Memilih alat yang tahan banting dengan proteksi seperti IP Rating dan merawatnya dengan protokol yang ketat.
- Eksekusi Protokol yang Kuat: Mengikuti Standard Operating Procedure (SOP) yang jelas dari perencanaan hingga pelaporan.
Dengan menerapkan panduan ini, para insinyur QC dan teknisi lapangan dapat bertransformasi dari sekadar operator alat menjadi penghasil data yang andal dan tepercaya. Anda kini diperlengkapi dengan pengetahuan untuk melawan pengaruh lingkungan yang merusak dan beralih dari keraguan menuju kepercayaan diri mutlak dalam setiap hasil uji beton yang Anda laporkan.
Untuk memastikan operasional Anda didukung oleh peralatan yang tepat, CV. Java Multi Mandiri hadir sebagai mitra strategis Anda. Kami adalah supplier dan distributor alat ukur dan uji yang berspesialisasi dalam melayani klien bisnis dan aplikasi industri. Kami memahami bahwa di sektor pertambangan, durabilitas dan akurasi bukanlah pilihan, melainkan keharusan. Tim kami siap membantu perusahaan Anda mengoptimalkan operasi quality control dan memenuhi kebutuhan peralatan teknis yang paling menantang. Mari diskusikan kebutuhan perusahaan Anda dan temukan solusi yang paling efektif untuk proyek Anda. Silakan hubungi kami melalui halaman kontak kami.
Rekomendasi Hardness Tester
-

Alat Ukur Kekerasan Hardness Tester NOVOTEST T-UD3
Rp77.200.000,00Lihat produk★★★★★ -

Alat Penguji Kekerasan NOVOTEST TS-SR-C
Rp220.312.500,00Lihat produk★★★★★ -

Automatic Hardness Tester Digital NOVOTEST TB-R
Lihat produk★★★★★ -

UCI Probe for NOVOTEST T-U3
Rp56.325.000,00Lihat produk★★★★★ -

Shore Hardness Test Blocks NOVOTEST
Rp12.800.000,00Lihat produk★★★★★ -

Shore Hardness Tester NOVOTEST TS-A
Rp8.250.000,00Lihat produk★★★★★ -

Automatic Brinell Hardness Tester NOVOTEST TB-B-CM
Lihat produk★★★★★ -

Alat Ukur Kekerasan NOVOTEST TS-BRV
Rp393.750.000,00Lihat produk★★★★★
References
- Instituto Mexicano del Transporte. (N.D.). Non-Destructive Testing of Concrete Materials from Piers: Evaluating Durability Through a Case Study. NDT. Retrieved from https://www.mdpi.com/2813-477X/2/4/33
- International Atomic Energy Agency. (N.D.). Guidebook on non-destructive testing of concrete structures. IAEA. Retrieved from https://www-pub.iaea.org/MTCD/Publications/PDF/TCS-17_web.pdf
- Schabowicz, K. (2019). Non-Destructive Testing of Materials in Civil Engineering. Materials. Retrieved from https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6804297/
- American Concrete Institute. (N.D.). Cold and Hot Weather Concrete. Structure Magazine. Retrieved from https://www.structuremag.org/article/cold-and-hot-weather-concrete/
- North Carolina Department of Transportation. (N.D.). Concrete Field Technician Study Guide. NCDOT. Retrieved from https://connect.ncdot.gov/resources/Materials/Materials/Concrete%20Field%20Technician%20Study%20Guide.pdf
- U.S. Bureau of Reclamation. (N.D.). Quality Management Plan Guidance for Concrete used for Construction of Significant Features. USBR. Retrieved from https://www.usbr.gov/tsc/techreferences/mands/mands-pdfs/QA-QC%20For%20Significant%20Concrete%20Features_Final508.pdf



